turnback,
JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan akan mengalami peningkatan signifikan pada tahun depan. Beberapa lembaga keuangan memprediksi bahwa IHSG akan menembus level psikologis baru, yaitu di atas 10.000. Proyeksi ini didorong oleh optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi yang dianggap menjadi katalis utama.
Proyeksi IHSG oleh Mirae Asset Sekuritas Indonesia
Salah satu pihak yang melihat peluang penguatan IHSG adalah Mirae Asset Sekuritas Indonesia. Mereka memproyeksikan IHSG bisa mencapai 10.500 pada 2026. Prediksi ini didasarkan pada stabilitas ekonomi dan peluang kebijakan moneter longgar dari Bank Indonesia.
Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menyatakan bahwa pasar saham Indonesia diyakini akan bergerak positif sejalan dengan ekspektasi stabilitas makroekonomi dan perbaikan kinerja emiten. Mirae Asset memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,3% pada 2026.
“Ada pemulihan ekonomi yang lebih cepat sejak kuartal IV/2025, juga kuartal I/2026 yang dipercepat oleh tren musiman seperti Ramadan dan Lebaran. Ini kemudian mendorong PDB yang lebih tinggi serta meningkatkan performa emiten,” ujar Rully.
Dari sisi eksternal, kebijakan moneter longgar global dinilai memberikan peluang alokasi investasi baru. Menurut Rully, suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) bisa turun minimal dua kali pada 2026. “Ini memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuannya,” tambahnya.
Pertumbuhan kredit diproyeksikan mencapai 10% pada 2026, yang dapat mendorong pergerakan saham-saham perbankan. Namun, ia juga mengingatkan bahwa volatilitas nilai tukar rupiah tetap menjadi tantangan.
Proyeksi IHSG oleh Mandiri Sekuritas
Mandiri Sekuritas juga memiliki proyeksi serupa. Mereka memperkirakan IHSG mencapai 9.050 pada 2026 dengan skenario bullish menuju 9.350. Deputi Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Kresna Hutabarat, menilai sejumlah indikator ekonomi domestik mulai menunjukkan pemulihan. Efektivitas insentif fiskal dinilai dapat memperkuat kepercayaan investor dan menopang kinerja emiten.
Ia juga mencatat perbaikan indikator penjualan semen curah, volume penjualan motor wholesales, serta kenaikan jumlah peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan.
“Kita sudah melihat ada indikasi-indikasi awal perbaikan yang menjadi pendukung sentimen positif di pasar saham kita ke depannya,” kata Kresna.
Mandiri Sekuritas menjagokan sektor konsumer, perbankan, telekomunikasi, dan ritel sebagai pendorong utama, disusul alat berat, emas, dan tembaga. Sementara itu, sektor nikel, migas, otomotif, dan properti diberi peringkat netral.
Proyeksi IHSG oleh MNC Sekuritas
Sementara itu, MNC Sekuritas memproyeksikan IHSG mencapai 9.000 pada 2026 untuk skenario bullish, dengan skenario dasar di 8.350 dan bear case di 7.600. Head of Research MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menilai dinamika moneter akan lebih tenang pada tahun mendatang.
“Kami perkirakan hal tersebut akan dipengaruhi oleh dinamika moneter global dan domestik,” ujarnya. Pemangkasan suku bunga ke depan diperkirakan dapat mendukung aktivitas pasar saham. Namun, ia mengingatkan potensi volatilitas rupiah masih menjadi risiko.
Proyeksi IHSG juga mempertimbangkan fundamental ekonomi makro. Target pertumbuhan ekonomi pemerintah di sekitar 5,3% dinilai menjadi motor penggerak penting bagi kinerja emiten. Sementara itu, risiko fiskal akibat program-program prioritas perlu dicermati karena berpotensi membebani sentimen investasi.
Proyeksi Manajer Investasi Asing untuk IHSG
Sejumlah pengelola dana global juga memandang IHSG dapat menembus 10.000 pada 2026. JP Morgan, misalnya, memperkirakan sektor materials, consumer staples, consumer discretionary, industrial, dan properti akan menjadi pendorong utama.
Dalam riset terbarunya, JP Morgan melihat belanja fiskal yang lebih tinggi dari APBN maupun Danantara akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan konsumsi domestik. “Kami menetapkan target IHSG skenario dasar (base case) untuk akhir tahun 2026 di level 9.100, dengan target bull & bear masing-masing di 10.000 dan 7.800,” tulis tim riset JP Morgan.
JP Morgan juga memperkirakan tren pelonggaran moneter berlanjut, dengan penurunan suku bunga BI sebesar 50 bps pada 2026. Namun, volatilitas rupiah disebut sebagai risiko utama karena dapat menekan kepercayaan pelaku usaha atau konsumen.
Saham-saham pilihan JP Morgan untuk 2026 mencakup BBCA, ASII, ICBP, ANTM, GOTO, serta deretan emiten kapitalisasi menengah seperti ISAT, EMTK, JSMR, MAPI, dan PWON.
Sebelumnya, analis Citigroup Inc. juga memperkirakan IHSG melaju sekitar 10% dan menyentuh rekor tertinggi baru pada 2026. Dorongan diperkirakan berasal dari belanja pemerintah dan penurunan suku bunga.
Riset Citi menyebut IHSG berpeluang naik ke level 9.250 dari sekitar 8.363 saat ini. “Seiring rencana belanja pemerintah yang diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi,” tulis para analis Citi.
Pemulihan perbankan diperkirakan terus berlanjut didorong likuiditas yang membaik dan biaya pendanaan lebih rendah. Saham AMRT, MYOR, BRIS, BBNI, dan BBRI diperkirakan diuntungkan. Sementara itu, rupiah yang melemah sekitar 3,5% sepanjang tahun ini menjadi tantangan tersendiri.
Para analis Citi memandang depresiasi rupiah dapat berlanjut dalam jangka pendek karena Bank Indonesia memprioritaskan pertumbuhan ekonomi ketimbang stabilitas nilai tukar, ditambah tekanan pada neraca perdagangan akibat gangguan di tambang Freeport-McMoRan Inc.
