Sektor Manufaktur Indonesia Menguat: Ekspansi Berlanjut di November 2025
Kinerja sektor manufaktur Indonesia kembali menunjukkan tren positif dengan adanya ekspansi yang berkelanjutan selama empat bulan berturut-turut. Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan November 2025 mencatat angka 53,3, sebuah peningkatan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di angka 51,2. Angka ini juga melampaui pencapaian ekspansi pada September 2025 yang tercatat sebesar 50,4, meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan Agustus 2025 (51,5). Periode ekspansi yang konsisten ini menjadi penanda pemulihan setelah sektor manufaktur mengalami kontraksi selama empat bulan, dari April hingga Juli 2025, dengan titik terendah mencapai 46,7 pada April lalu.
Laporan terbaru dari S&P Global pada Senin, 1 Desember 2025, menyoroti bahwa ekspansi pada bulan November ini didorong oleh peningkatan volume produksi dan pertumbuhan pesanan baru yang merupakan yang tercepat sejak Agustus 2023. Analisis data menunjukkan bahwa perbaikan permintaan tersebut sebagian besar berasal dari pasar domestik, seiring dengan adanya penurunan pesanan ekspor baru yang cukup signifikan. Peningkatan permintaan secara umum ini turut mendorong kebutuhan akan tenaga kerja dan aktivitas pembelian yang lebih tinggi di kalangan produsen.
Peran Permintaan Domestik dan Peningkatan Pesanan Baru
Usamah Bhatti, seorang ekonom di S&P Global Market Intelligence, mengemukakan bahwa data survei bulan November memberikan gambaran positif mengenai kesehatan sektor manufaktur Indonesia. “Kenaikan pesanan baru berkontribusi pada kembalinya ekspansi tingkat produksi, dengan pesanan baru meningkat pada laju tercepat sejak Agustus 2023,” jelasnya dalam laporan tersebut.
Menjelang akhir tahun 2025, perekonomian domestik menjadi motor penggerak utama permintaan. Hal ini terlihat dari perusahaan yang melaporkan penurunan pesanan ekspor baru yang lebih tajam. Dalam menghadapi peningkatan beban kerja yang terjadi, para pelaku industri mengambil langkah strategis dengan meningkatkan aktivitas pembelian dan perekrutan tenaga kerja. Lebih lanjut, terdapat indikasi tekanan pada kapasitas produksi, yang ditandai dengan peningkatan tumpukan pekerjaan (backlog) yang paling tajam sejak September 2021.
Tekanan Inflasi dan Dampaknya pada Biaya Produksi
Selain tren positif pada produksi dan pesanan, data survei juga mencatat adanya intensifikasi tekanan harga menjelang akhir tahun. Inflasi biaya bahan baku tercatat paling tinggi dalam sembilan bulan terakhir, yang dipicu oleh kenaikan harga komoditas dan fluktuasi nilai tukar. Sebagian dari kenaikan biaya ini kemudian dibebankan kepada konsumen, menyebabkan inflasi biaya produksi mencapai titik tertinggi dalam 19 bulan.
Meskipun demikian, harapan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam satu tahun ke depan menunjukkan sedikit melemah dibandingkan bulan Oktober, dengan tingkat kepercayaan bisnis berada pada level terendah dalam empat bulan terakhir. Walaupun demikian, para pelaku industri tetap menunjukkan optimisme bahwa produksi akan terus mengalami peningkatan.
Dari sisi harga, inflasi harga input mengalami peningkatan dibandingkan periode survei sebelumnya, mencapai level tertinggi sejak Februari. Hal ini berdampak pada kenaikan biaya output yang juga meningkat pada laju tercepat sejak April 2024.
Faktor Pendorong Ekspansi dan Peningkatan Produksi
Secara keseluruhan, pendorong utama ekspansi sektor manufaktur pada bulan November adalah lonjakan pesanan baru. Laju pertumbuhan pesanan baru tercatat sangat tajam, yang oleh para responden survei umumnya mencerminkan peningkatan permintaan dari pasar. Peningkatan permintaan ini tampaknya didorong oleh pasar domestik, mengingat pesanan ekspor baru terus mengalami penurunan yang semakin kuat, bahkan mencatat laju penurunan paling tajam dalam 14 bulan terakhir.
Sebagai konsekuensinya, produksi di sektor manufaktur kembali meningkat pada bulan November, menandai pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir. Pertumbuhan produksi ini juga merupakan yang tercepat sejak Februari. Para produsen melaporkan bahwa peningkatan produksi ini membantu mereka membangun kembali persediaan barang jadi, sebagai persiapan menghadapi perbaikan permintaan yang berkelanjutan di masa mendatang.
Peningkatan Aktivitas Pembelian dan Tantangan Pasokan
Seiring dengan peningkatan produksi, aktivitas pembelian juga mengalami peningkatan pesat pada bulan November. Hal ini dilaporkan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan produksi di kalangan perusahaan. Bersamaan dengan itu, perusahaan juga berupaya untuk menjaga kecukupan stok bahan baku produksi, yang menyebabkan terjadinya akumulasi persediaan pembelian.
Namun, di balik tren positif ini, terdapat tekanan tambahan terhadap pasokan. Waktu tunggu rata-rata untuk pengiriman bahan baku meningkat dua kali berturut-turut, yang disebabkan oleh keterlambatan pengiriman dan faktor cuaca buruk. Keterlambatan pengiriman ini bahkan tercatat sebagai yang paling tajam sejak Oktober 2021.
Para produsen barang di Indonesia melaporkan kenaikan harga input pada periode survei terbaru. Meskipun demikian, pandangan ke depan menunjukkan optimisme yang kuat. Tingkat kepercayaan diri produsen terhadap prospek satu tahun mendatang cukup tinggi, didukung oleh harapan akan penguatan permintaan yang berkelanjutan, serta peningkatan daya beli konsumen.
