Indonesia Perkuat Jaringan Ekonomi dan Investasi di KTT G20: Peluang Baru Terbuka dengan Mitra Global
Di tengah dinamika KTT G20 Leaders Summit yang berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan, Indonesia secara aktif menjajaki berbagai peluang kerja sama ekonomi dan investasi dengan sejumlah mitra potensial. Wakil Presiden Gibran Rakabuming turut hadir dalam gelaran internasional ini, memimpin upaya diplomasi ekonomi yang strategis bagi kemajuan bangsa.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa di sela-sela KTT, Wapres Gibran telah terlibat dalam serangkaian pertemuan bilateral dan multilateral yang krusial. Salah satu forum penting yang dihadiri adalah pertemuan MIKTA, sebuah forum kerja sama yang melibatkan Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia.
“Dalam kesempatan tersebut, Indonesia menyampaikan selamat dan apresiasi atas kepemimpinan Korea Selatan di MIKTA pada tahun ini. Selanjutnya, Australia akan mengambil alih estafet kepemimpinan pada tahun depan,” ujar Airlangga dalam sebuah konferensi pers yang diselenggarakan pada Minggu, 23 November 2025. Pertemuan ini menjadi ajang penting untuk memperkuat sinergi antarnegara anggota MIKTA dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
Jaringan Bilateral yang Makin Luas
Selain forum MIKTA, Wapres Gibran juga memanfaatkan momen KTT G20 untuk menggelar pertemuan bilateral yang strategis. Pertemuan ini diadakan dalam format pool aside, yang memungkinkan dialog mendalam dengan para pemimpin negara. Para pemimpin yang berkesempatan bertemu langsung dengan Wapres Gibran antara lain:
- Perdana Menteri Etiopia, Abiy Ahmed Ali.
- Perdana Menteri Vietnam, Phạm Minh Chính.
- Presiden Angola sekaligus Chairman African Union, João Manuel Gonçalves Lourenço.
- Presiden Finlandia sekaligus Dirjen World Trade Organization (WTO), Cai-Göran Alexander Stubb.
- Sekretaris Jenderal UNCTAD, Rebeca Grynspan.
Pertemuan-pertemuan ini membuka pintu bagi diskusi komprehensif mengenai potensi kerja sama di berbagai bidang, mulai dari ekonomi, investasi, hingga isu-isu global yang relevan.
Potensi Investasi dan Sektor Unggulan
Airlangga Hartarto merinci beberapa hasil konkret dari pertemuan bilateral tersebut. Khusus mengenai kerja sama dengan Etiopia, ia menyebutkan bahwa saat ini sudah terdapat sekitar 5 hingga 6 perusahaan Indonesia yang berinvestasi di negara tersebut.
“Tentunya mereka [Etiopia] juga membutuhkan dukungan dari Indonesia, terutama dalam sektor agrikultur, serta sektor derivatif kelapa sawit,” jelas Airlangga. Potensi transfer teknologi dan keahlian dari Indonesia diharapkan dapat membantu Etiopia mengembangkan sektor-sektor strategisnya, sekaligus membuka pasar baru bagi produk-produk Indonesia.
Selanjutnya, perhatian tertuju pada Finlandia, sebuah negara yang dikenal dengan kemajuan teknologinya. Menurut Airlangga, Finlandia menunjukkan minat yang besar untuk berinvestasi di Indonesia, khususnya dalam sektor data center dan sektor-sektor yang terkait dengan telekomunikasi. Kolaborasi di bidang ini berpotensi meningkatkan infrastruktur digital Indonesia dan menarik investasi teknologi tinggi.
Di bidang industri pertahanan, terdapat perkembangan signifikan. “Kemarin ada MoU antara PT Dahana dan Rheinmetall untuk pendirian fasilitas bahan peledak. Teknisnya akan diteliti lebih lanjut,” imbuh Airlangga. Kesepakatan ini menandai langkah maju dalam pengembangan industri pertahanan nasional yang mandiri dan berdaya saing.
Pertamina juga tidak ketinggalan dalam menjajaki peluang investasi. BUMN energi ini sedang dalam tahap penjajakan dengan mitranya di sektor hulu migas, dengan estimasi investasi mencapai US$2,6 miliar. Investasi ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan energi nasional dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian.
Negara Berkembang sebagai Penggerak Ekonomi Global
Wakil Menteri Luar Negeri, Arrmanatha C. Nasir, menambahkan pandangannya mengenai peran penting negara-negara global south dalam forum G20. Ia menegaskan bahwa negara-negara berkembang tidak hanya berperan sebagai penonton dalam tata kelola ekonomi global, tetapi juga sebagai co-drivers atau penggerak utama.
“Leaders declarations dalam KTT G20 kali ini memuat banyak sekali isu-isu yang menjadi kepentingan negara-negara berkembang, seperti penanganan utang, adjustable reduction, hingga tantangan terhadap global financial system,” ujar Arrmanatha. Hal ini menunjukkan bahwa suara dan kepentingan negara-negara berkembang semakin diperhitungkan dalam perumusan kebijakan ekonomi global.
Terkait dengan pertemuan bilateral yang digelar pemerintah Indonesia di sela-sela KTT G20 di Afrika Selatan, Arrmanatha mengungkapkan bahwa beberapa negara Afrika menunjukkan inisiatif untuk bertemu. Keinginan ini didorong oleh aspirasi untuk meningkatkan kerja sama ekonomi.
“Hal-hal yang menjadi perhatian mereka, seperti agriculture. Angola ingin belajar sektor pertanian, terutama kopi dan kakao. Ethiopia juga memiliki minat yang serupa,” jelas Arrmanatha. Keterlibatan Indonesia dalam transfer pengetahuan dan teknologi di sektor pertanian ini tidak hanya memperkuat hubungan bilateral, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan global.
Secara keseluruhan, KTT G20 di Johannesburg menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk memperluas jaringan kerja sama ekonomi dan investasi. Dengan diplomasi yang aktif dan fokus pada sektor-sektor strategis, Indonesia berupaya memposisikan diri sebagai pemain kunci dalam pemulihan dan pertumbuhan ekonomi global.
