Kondisi Ekonomi yang Menyulitkan Anak Negeri
Banyak anak negeri ini masih merasakan kesulitan dalam kondisi ekonomi mereka. Pendapatan yang mereka peroleh mengalami penurunan, dan sebagian besar anggota keluarga mereka yang sudah masuk usia kerja masih menganggur. Mereka menunggu lapangan kerja yang dijanjikan, namun hingga kini belum juga terwujud. Selain itu, banyak kasus PHK yang terjadi, membuat semakin banyak pekerja yang terpuruk.
Ditengah situasi ekonomi yang tidak stabil ini, muncul informasi yang membuat masyarakat “terperangkap”. Informasi tersebut menyebutkan bahwa ada bandara di salah satu bagian negeri ini yang beroperasi secara ilegal tanpa izin pemerintah. Jika informasi ini benar, maka akan ada kerugian besar yang dialami oleh negeri ini, termasuk hilangnya keuntungan dan dampak lainnya.
Selain itu, seorang menteri yang berjuang memperbaiki kondisi ekonomi negeri ini mendapat tantangan dan serangan dari berbagai pihak. Hal ini menunjukkan bahwa proses perbaikan ekonomi tidak mudah dilakukan.
Bencana Alam yang Menjadi Peringatan
Kini, negeri ini “menangis” dan “marah”, ditandai dengan fenomena banjir yang terjadi di berbagai daerah. Banjir terjadi di wilayah Sumatera, seperti Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat (Padang). Anak-anak negeri ini yang tinggal di sana kini menderita, bahkan kehilangan harta benda akibat diterjang banjir. Alam mulai tidak bersahabat karena beberapa oknum yang merusak lingkungan, mengikuti nafsu untuk mengambil dan memusnahkan alam, termasuk hutan dan sumber daya bumi.
Banjir tidak hanya menunjukkan air yang meluap, tetapi juga lumpur yang membawa berbagai harta benda. Di Sumatera Utara, banjir membawa kayu gelondongan yang menjadi perhatian. Ada yang mengatakan bahwa kayu-kayu tersebut hasil penebangan liar, sedangkan yang lain menduga bahwa kayu-kayu tersebut adalah kayu bekas yang sudah lapuk. Ini memerlukan penyelidikan lebih lanjut, karena jelas bahwa alam memberikan tanda-tanda bahwa sesuatu tidak beres dan harus diperbaiki.
Ayat Al-Qur’an sebagai Peringatan
Ayat Al-Qur’an dalam Surah Ar-Rum ayat 41 menyatakan bahwa kerusakan di darat dan laut disebabkan oleh tindakan manusia. Tuhan ingin memberikan sedikit akibat dari perbuatan kita agar kita kembali ke jalan yang benar. Peringatan ini sangat penting, karena telah cukup menyadarkan kita akan tindakan kita yang merusak bumi dan lingkungan.
Namun, meskipun peringatan besar telah diberikan, sepertinya masih belum cukup untuk menyadarkan kita. Bahkan, banjir dan bencana alam lainnya belum berhasil mengubah perilaku kita. Kekuasaan yang kita miliki tidak digunakan untuk mencegah kezoliman, dan amanah yang kita emban hanya dianggap sebagai formalitas.
Tantangan dalam Berbuat Baik
Idealnya, kemarahan alam dalam bentuk banjir dan lumpur bisa menjadi pengingat untuk berubah. Namun, banyak orang masih lupa bahwa Tuhan memiliki kekuasaan untuk menurunkan bencana jika kita tidak berubah. Sayangnya, banyak tokoh agama, ulama, dan pemikir bangsa yang masih sibuk dengan urusan pribadi dan tidak melakukan tindakan nyata untuk mencegah kezoliman.
Sistem yang berlaku selama ini juga memperkuat perbuatan munkar, sehingga slogan amar ma’ruf nahi munkar hanya menjadi hiasan. Meski ada yang berani mengajak kepada amar ma’ruf nahi munkar, jumlahnya masih sedikit dan mereka sering menjadi korban.
Langkah yang Harus Dilakukan
Fenomena alam yang tidak bersahabat seperti banjir dan angin kencang harus menjadi peringatan untuk menghentikan tindakan kezoliman. Mari kita bangkit dan berubah! Sumber daya alam yang melimpah harus dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan.
Jika SDA kita kelola dengan baik, maka kemiskinan bisa diminimalkan, dan rakyat bisa sejahtera. Jangan tunggu sampai musibah yang lebih besar terjadi. Mari kita bangkit, berubah, dan sadar. Kita sendiri yang harus membantu diri kita. Selamat berjuang!
