Indonesia di KTT G20: Menuju Ekonomi Inklusif, Berkelanjutan, dan Tangguh Bencana
Pertemuan puncak para pemimpin negara-negara G20 di Johannesburg, Afrika Selatan, menjadi arena penting bagi Indonesia untuk menyampaikan visi dan kontribusinya dalam menghadapi tantangan global. Wakil Presiden Gibran Rakabuming, yang mewakili Indonesia, turut hadir dan menyampaikan sejumlah poin krusial yang sejalan dengan tema besar KTT kali ini: Solidaritas, Kesetaraan, dan Keberlanjutan.
KTT G20 kali ini secara khusus menekankan pentingnya kerjasama global dalam menciptakan fondasi ekonomi yang lebih kuat, adil, dan ramah lingkungan. Wakil Presiden Gibran aktif berpartisipasi dalam dua sesi utama yang membahas berbagai isu strategis.
Sesi Pertama: Fondasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan
Sesi pertama KTT difokuskan pada pembahasan ekonomi inklusif, pembangunan yang berkelanjutan, serta mekanisme pembiayaan pembangunan yang lebih efektif. Dalam sesi ini, Indonesia melalui Wakil Presiden Gibran, menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi global haruslah bersifat kuat, stabil, dan mampu merangkul semua pihak.
Salah satu poin penting yang disampaikan adalah urgensi akses pembiayaan internasional yang mudah, dapat diprediksi, dan setara, terutama bagi negara-negara berkembang. Wakil Presiden Gibran menggarisbawahi bahwa upaya untuk mewujudkan hal ini dapat ditempuh melalui berbagai cara, termasuk:
- Penghapusan Utang: Meringankan beban utang negara-negara berkembang agar mereka memiliki ruang fiskal yang lebih besar untuk pembangunan.
- Mekanisme Pembiayaan Inovatif: Mengembangkan instrumen pembiayaan baru yang lebih kreatif dan adaptif terhadap kebutuhan pembangunan.
- Pembiayaan Campuran (Blended Finance): Menggabungkan sumber pendanaan publik dan swasta untuk memitigasi risiko dan menarik investasi lebih besar.
- Transisi Hijau: Memastikan bahwa transisi menuju ekonomi hijau didukung oleh pembiayaan yang memadai dan adil.
Indonesia juga berbagi pengalaman konkret dalam memanfaatkan teknologi digital untuk efisiensi ekonomi. Solusi pembayaran berbasis QR Code yang dikembangkan dan diterapkan di Indonesia menjadi contoh nyata bagaimana teknologi sederhana dapat memberikan dampak besar. Inisiatif ini tidak hanya mempermudah transaksi domestik, tetapi juga telah diadopsi oleh beberapa negara lain di kawasan ASEAN, bahkan hingga ke negara-negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan, menunjukkan potensi kolaborasi digital lintas negara.
Lebih lanjut, Wakil Presiden Gibran mendorong agar G20 membuka dialog mengenai kecerdasan buatan (AI). Perkembangan teknologi keuangan yang pesat menuntut adanya diskusi mendalam mengenai bagaimana AI dapat dimanfaatkan secara bertanggung jawab untuk kemajuan ekonomi, sambil tetap mempertimbangkan aspek etika dan kesetaraan.
Sesi Kedua: Ketahanan Pangan, Mitigasi Bencana, dan Transisi Energi
Sesi kedua KTT G20 mengalihkan fokus pada isu-isu krusial lainnya, yaitu pengurangan risiko bencana, perubahan iklim, transisi energi, dan sistem pangan global.
Wakil Presiden Gibran menegaskan bahwa ketahanan pangan bukan sekadar isu ekonomi, melainkan kebutuhan mendasar dan investasi strategis bagi masa depan. Pernyataan ini disampaikan mengingat masih tingginya angka kelaparan di dunia, yang diperkirakan mencapai 270 juta penduduk.
Dalam konteks ini, Indonesia memaparkan program unggulannya, yaitu Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini dipandang sebagai solusi nyata yang tidak hanya mengatasi masalah gizi, tetapi juga memiliki efek berganda bagi perekonomian. Program MBG mampu mendorong pemanfaatan produk lokal, memberdayakan petani dan peternak, serta memperluas kegiatan ekonomi melalui rantai pasok yang terintegrasi hingga ke pelosok negeri.
Selain ketahanan pangan, KTT G20 juga secara serius membahas mengenai pengurangan risiko bencana. Pembahasan ini mencakup tidak hanya bencana alam, tetapi juga bencana yang disebabkan oleh tindakan manusia. Konflik kemanusiaan yang terjadi di berbagai belahan dunia seperti Gaza, Ukraina, Sudan, dan wilayah Sahel menjadi pengingat keras akan pentingnya mitigasi bencana multidimensional.
Peristiwa-peristiwa tersebut menegaskan kembali perlunya menempatkan aspek kemanusiaan di pusat tata kelola global. Indonesia, melalui partisipasinya di G20, berharap forum ini dapat menjadi teladan dalam upaya kolektif untuk menciptakan dunia yang lebih aman, adil, dan berkelanjutan, di mana solidaritas dan kesetaraan menjadi landasan utama dalam setiap pengambilan keputusan.
