JAKARTA – Bencana banjir dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra berpotensi memberikan tekanan terhadap inflasi nasional pada Desember 2025. Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, M. Rizal Taufikurahman, yang menilai bahwa tekanan utama berasal dari komoditas volatile food serta meningkatnya biaya distribusi logistik.
Meskipun demikian, secara agregat nasional, dampak dari bencana tersebut dinilai masih relatif terbatas. Menurut Rizal, meski bencana terjadi menjelang akhir November, dampaknya terhadap harga pangan baru akan terasa pada Desember.
“Memasuki Desember, gangguan infrastruktur, terhambatnya arus logistik pangan dan BBM, serta kelangkaan pasokan di daerah terdampak berpeluang mendorong inflasi bulanan meningkat dibanding November,” ujarnya kepada turnback, Selasa (9/12/2025).
Rizal memperkirakan kenaikan inflasi tahunan tetap moderat dan berada dalam rentang sasaran. Kontribusi wilayah terdampak terhadap inflasi nasional tidak dominan, karena pasokan nasional masih ditopang oleh daerah lain. Namun, pada tingkat regional, khususnya di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, tekanan inflasi cenderung lebih kuat dan tidak simetris.
“Dengan dinamika tersebut, inflasi tahunan di Sumatra berisiko bertahan di atas rata-rata nasional, meskipun sifatnya temporer dan sangat bergantung pada kecepatan pemulihan distribusi dan normalisasi pasokan,” tambahnya.
Dari sisi kebijakan, Rizal menyoroti risiko utama yang perlu diantisipasi pemerintah, yaitu lonjakan inflasi agregat, kenaikan tekanan biaya hidup rumah tangga terdampak, serta potensi penyebaran tekanan harga ke wilayah sekitar. Ia menilai pendekatan kebijakan yang terlalu bergantung pada bantuan tunai dapat kurang efektif apabila tidak dibarengi dengan pengamanan pasokan.
“Fokus kebijakan perlu diarahkan pada percepatan pemulihan logistik, penguatan operasi pasar dan distribusi cadangan pangan, serta optimalisasi peran TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) di daerah terdampak,” jelas Rizal.
Menurutnya, pendekatan berbasis pasokan ini sangat penting untuk memastikan tekanan inflasi Desember bersifat sementara, terkelola, dan tidak membebani stabilitas inflasi pada awal 2026.
Asal tahu saja, Badan Pusat Statistik mencatat inflasi November sebesar 0,17% secara bulanan (mtm), dan 2,27% secara tahunan (yoy).
