PT Pintu Kemana Saja, perusahaan di balik aplikasi investasi aset kripto PINTU, terus berupaya memperkuat literasi dan inklusi kripto di Indonesia. Dengan berbagai program edukasi yang disusun secara terstruktur, PINTU menawarkan materi dan bimbingan yang mudah dipahami, baik untuk pemula maupun pengguna berpengalaman.
Sepanjang tahun ini, PINTU memperluas cakupan pendidikannya melalui inisiatif seperti Pintu Academy, Pintu Goes to Office, dan berbagai kelas daring yang membahas topik-topik penting mengenai aset digital, keamanan transaksi, serta perkembangan teknologi blockchain. Program-program ini dirancang agar masyarakat dapat memahami potensi dan risiko dari aset kripto secara lebih mendalam.
Salah satu inisiatif yang baru saja dilakukan adalah Pintu Goes to Office, di mana PINTU mengunjungi PT Global Tiket Network (tiket.com), salah satu perusahaan OTA nasional yang menjadi pionir dalam layanan perjalanan online. Kehadiran PINTU di tiket.com terjadi pada 2 Desember 2025, sebagai bagian dari upaya kolaborasi lintas sektor.
Timothius Martin, Chief Marketing Officer (CMO) PINTU, menjelaskan bahwa tiket.com menjadi perusahaan kelima yang dikunjungi oleh PINTU pada tahun ini. “Antusiasme dari tim tiket.com menunjukkan betapa besar peluang kolaborasi antar sektor dalam memperkuat pemahaman tentang aset crypto,” ujarnya dalam pernyataannya, Selasa (9/12/2025).
Tio Manik, People Experience & Communication Senior Manager tiket.com, menyambut positif kehadiran PINTU. Ia menegaskan bahwa tiket.com memiliki beberapa klub minat, termasuk investment club yang fokus pada dunia investasi. “Kedatangan PINTU memberikan kesempatan bagi karyawan kami untuk mendapatkan pemahaman langsung dari pelaku industri mengenai aset crypto dan teknologi blockchain,” jelasnya.
Pertumbuhan industri aset kripto di dalam negeri terus menunjukkan tren positif. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Oktober 2025 mencatat bahwa nilai transaksi bulanan naik sebesar 27,64% menjadi Rp49,28 triliun. Jumlah investor juga meningkat secara konsisten, mencapai 18,61 juta per September.
Selain itu, keterkaitan antara industri kripto dengan sektor perjalanan turut menjadi perhatian. Investopedia mencatat munculnya istilah “crypto tourism” sejak 2017, yaitu tren wisata ke negara-negara yang ramah terhadap penggunaan kripto dan teknologi blockchain. Fenomena ini menunjukkan bagaimana inovasi kripto mulai memengaruhi preferensi dan pengalaman perjalanan wisatawan global.
“Kripto bersifat universal dan dapat masuk ke berbagai industri, termasuk travel. Sebagai Pedagang Aset Keuangan Digital (PAKD), kami berkewajiban memperluas edukasi kepada masyarakat dari beragam latar belakang mengenai manfaat dan risiko aset kripto,” tutup Timothius.
